GURU.. sebuah profesi yang tidak elit namun menurutku syarat dengan tantangan dan hal-hal mulia. Menjadi seorang pendidik (Guru) memang merupakan cita-citaku sejak kecil, aku terinspirasi oleh kegigihan perjuangan Ibuku sebagai seorang guru yg luar biasa (Love U Mom..). Bahkan ada juga ungkapan seperti ini "Kelak para Guru (yang amanah) lah yang akan berada di barisan terdepan golongan orang-orang yang masuk Surga" (Amin..)..
Kini aku benar-benar telah menjadi seorang Guru (Horeee... :P). Ternyata tak semudah yang kubayangkan, apa yang aku peroleh di bangku kuliah tidak semuanya sesuai dengan realita di sekolah, apalagi aku adalah seorang guru SD yang bertanggung jawab mendidik dan mencerdaskan anak-anak bangsa yang masih berusia dini dan sedang "nggondes-nggondese" (tapi kebanyakan polos-polos, imut dan unyu-unyu, haha..)
Aku menikmati profesi ini, aku di tugaskan mengajar Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk murid kelas 1,2 dan 3. Bayangkan saja seorang pemuda berusia 23 tahun dengan manajemen emosi yang masih labil dan baru saja tamat kuliah (belum begitu berpengalaman), memilih pekerjaan mendidik anak-anak kecil yang notabene pekerjaan itu cenderung lebih banyak dijalani oleh kaum wanita.
Mungkin Kawan akan beranggapan kalau aku ini laki-laki "melambai" atau apapun istilahnya, tetapi faktanya Alhamdulillah aku normal kawan.. bahkan aku bisa di bilang sedikit "gondes" juga, tapi tenang,, sekarang aku telah menjelma dari seorang Scooterist Dzolim menjadi Guru yang Alim (Amin, haha..)
Menjadi seorang guru B.Inggris di SD bukan lantas kerjaanku hanya sekedar tentang Silabus dan RPP, tidak juga melulu soal Animals, Fruits, Things in the Classroom dan sebagainya.. Ini juga tentang kasih sayang, tentang melerai siswa yang berkelahi, mendiamkan siswa yg menangis, menggiring siswa sholat berjamaah, mengupaskan permen dan jajanan berulang-ulang, membetulkan jilbab para siswi yang miring, membersihkan dan menggosok minyak kayu putih pada siswa yang muntah-muntah, bahkan juga tentang mengganti pakaian siswa yang ngompol.. (*huek, ambune Cah..) oleh karena itulah hari-hariku terasa begitu berarti..
Cukuplah kiranya tentang diriku, banyak kisah-kisah seputar profesiku yang lebih menarik untuk dibahas daripada sekedar berbicara mengenai profil kehidupanku yang hambar (Curcol :P)..
Hari ini merupakan hariku disekolah yang sangat syahdu.. Bagaimana tidak, biasanya aku harus berteriak-teriak sampai 6x 35menit dalam sehari, tapi kali ini aku bisa duduk manis di kantor sambil mengisi TTS pada Surat Kabar karena para siswa telah usai menjalani UAS dan di sekolah sedang diadakan kegiatan yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan yang bernama Imunisasi..
Ya, imunisasi yg harusnya selesai dilaksanakan bulan lalu dlm rangka Bulan Imunisasi Anak Sekolah "BIAS" (tpi tertunda karena UAS) dilanjutkan tadi setelah istirahat (utk kls.3 & 4)..
Teriak histeris, hujan tangis, bersembunyi, melarikan diri, dan segala bentuk tindak penolakan tadi bisa dijumpai..
Berbagai macam bujuk rayupun aku (dan guru2) lontarkan utk membesarkan hati wajah2 ketakutan itu..
Abubbakar Sidiq "Sidik", Bocah laki2 berkulit gelap dgn potongan rambut semi mohawk, berbadan tinggi besar (utk ukuran seusianya). Ya, gondes kecil, ahli rusuh, jagoan futsal, tukang berkelahi (dsb) itu, dialah yg menjadi tokoh utama dari ceritaku disekolah hari ini..
Singkat cerita, Jum'at 9-12-11 adalah hari naas bagi Sidik, Kharisma dari nama panjangnya yg diadopsi dari salah seorang Khalifah Islam yg gagah berani, serta image sangar yg selama ini dibangunnya runtuh begitu saja oleh apa yg diperbuatnya hari ini (menangis tersedu-sedu, berteriak ketakutan sambil berguling-guling di sudut kelas 3.B2, diantara wajah2 ceria dan polos siswa-siswi yg sering di dzoliminya)
30 menit pun berlalu, Kelaspun menjadi lengang, menyisakan Sidik dan air mata di pipinya yg belum mengering.. Kuhampiri dia dan alhasil dia termakan bujuk rayuku..
Kugandeng tangannya yg dingin menuju para petugas dari Puskesmas Gondomanan yg hampir pamitan.
Kusingsingkan lengan bajunya dan tampaklah lengan kirinya, hitam dan kekar yg siap di hujam jarum suntik petugas..
Saat itu, hal syahdu yg tak pernah terbayangkan olehkupun terjadi.. Ya Tuhan, Sidiq memelukku erat sekali, tangan kanannya mencengkeram pinggangku begitu kuat, wajah sangarnya disembunyikan di sela ketiakku.. (*So Sweet, haha..)
Kenapa syahdu?
Bukankah hari ini tidak hanya Sidik yg aku pegangi dan menangis di pelukanku saat disuntik? Iya, memang (*mungkin ada lebih dari 10 anak), tapi ini terasa lain..
Hey.. ini benar-benar Sidik :), Abubakar Sidiq 3.B2, siswa yang dikeluhkan oleh hampir semua guru karena perilakunya, dia memelukku..
Hah.. Setelah melalui proses negosiasi yang panjang dan melontarkan bermacam-macam rayuan maut, akhirnya jarum suntikpun menembus kulit hitamnya, tak lama kemudian Sidik bergegas pulang, jalannya pun masih terlihat gagah dan sangar meski matanya masih memerah :P
Sidikan, Sepulang Kerja, Desember 2011
Ini ceritaku, apa ceritamu? :)
*Hal yg harus dicatat hari ini adalah "Segondes-gondesnya anak-anak, dia tetaplah (hanya) anak-anak yang lemah"
Dan,
*Pelajaran moral nomor 22 : "Jangan lupa gunakan deodorant saat berangkat kerja/melakukan aktifitas lainnya, karena sewaktu-waktu bisa saja ada seseorang yg akn menyelipkan mukanya pada ketiak kita" :P